BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
- Strategi Pembelajaran
Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai
a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode danpemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran. Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus di kerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efekti dan efesien. Selanjutnya dengan mengutip pemikiran J.R. David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dapat pula diartikan sebagai usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa untu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Metode Pembelajaran
Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada apa yang diajarkan tetapi juga bagaimana mengajarkannya. Maka metode pembalajaran perlu dipilih dengan tepat.
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
a. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan meciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagai terjadinya proses belajar mengajar. Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan- tujuan khusus pengajaran. Dalam salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan
rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Individual :
- Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
- Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
- Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
- Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
- Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
- Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
- Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
- “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
- Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
- Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
- Guru
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran.
Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.
Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal. Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.
Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
a. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
b. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
c. Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
d. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
e. Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
f. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
g. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
h. Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
2. Siswa
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
- Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
- Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
- Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
- Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
- Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
- Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
- Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
- Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
- Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
- Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
BAB II
METODE MENGAJAR
a. Defenisi Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Atau Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998).
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran. Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil. Para murid akan segera merasa apakah guru mengajukan diskusi yang sejati atau hanya memberi kesempatan beberapa orang murid mengemukakan pendapat mereka sebelum ia sendiri memberi jawaban yang menentukan. Agar diskusi bisa produktif harus ada suasana keramahan dan keterbukaan. Diskusi yang bermanfaat didasarkan atas rasa saling menghormati pendapat setiap orang yang hadir. Pemimpin diskusi dengan ikhlas mengajak yang lain untuk ikut serta dalam suatu usaha bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
- memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
- memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya
- mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai
- membantu siswa belajar berpikir secara kritik
- membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman
- membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah
- mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut
b. Kebaikan Metode Diskusi
Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifkiasi, mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menarik kesimpulan, mengaplikasikan teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Disamping itu, metode diskusi dapat melatih anak menghargai pendapat orang lain, melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan member rasional sehubungan dengan pendapat yang orang kemukakan.
Adapun kelebihan metode diskusi sebagai berikut:
- Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
- Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
- Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
- Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
- Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
- Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
- Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis
- Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
c. Kelemahan Metode Diskusi
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:
- Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
- Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
- Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
- Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
- Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
- Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.
d. Langkah-langkah Menggunakan Metode Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara lain sebagai berikut.
- Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan bersama-sama dengan siswa.
- Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut dipilih untuk didiskusikan.
- Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah.
- Memberitahukan tata tertib diskusi.
- Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
- Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Diskusi Kelompok
Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing. Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana. Moedjiono, dkk (1996) menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini:
- Merumuskan masalah secara jelas
- Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
- Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
- Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
- Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.
Budiardjo, dkk, 1994:20--23 membuat langkah penggunaan metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini.
1. Tahap Persiapan
- Merumuskan tujuan pembelajaran
- Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
- Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
- Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah,(2) menentukan alokasi waktu,(3) menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan format susunan tempat,(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.
- Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi,(2) menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2. Tahap pelaksanaan
- Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
- Menjelaskan prosedur diskusi.
- Mengatur kelompok-kelompok diskusi
- Melaksanakan diskusi.
3. Tahap penutup
- Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
- Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
- Memberikan umpan balik.
- Menyimpulkan hasil diskusi.
Peranan Guru Sebagai Pemimpin Diskusi
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan. Mainuddin, Hadisusanto dan Moedjiono, 1980:8--9, menyebutkan sejumlah peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut ini.
- Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat masalah yang sedang didiskusikan.
- Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi yang otoritarif tentang topik diskusi.
- Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
- Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau sikap "nrimo" kelompok.
- Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas pernyataan sesorang anggota.
- Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi contoh atau penerapan.
- Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata; menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
- Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan serta buah pikiran anggota.
- Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan, kriteria untuk menilai urunan anggota.
- Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam diskusi.
- Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya tegangan.
- Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
- Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
- Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang seharusnya dicapai.
- Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan menghindarkan perbedaan pandangan.
- Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
- Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Atau Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
- Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada apa yang diajarkan tetapi juga bagaimana mengajarkannya. Maka metode pembalajaran perlu dipilih dengan tepat.
- Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok
SARAN
- Seharusnya bilamana dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi, patutlah semua peserta mengikuti proses tersebut sebagaimana mestinya, sehngga dalam pelaksanaan belajar mengajar dapat maksimal.
- Salam metode diskusi, dituntut untuk aktif berperan serta, bai itu bertanya, menanggapi, ataupun member jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan saat dilaksanakannya diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.